Ini adalah pikiran-pikiran acak yang muncul di benak saya hari ini...
Sungguh mengherankan, detik ini, di bagian bumi entah di mana, seorang sosialita jetset sedang membeli sepatu seharga ratusan bahkan ribuan dolar. Di mana di sisi lain bumi, yang entah di mana, seseorang merasa begitu bersyukur untuk pendapatan $1 hari ini yang akan dia pakai untuk menghidupi dia dan anak-anaknya.
Sungguh mengherankan, detik ini, di bagian bumi entah di mana, seseorang sedang mandi dengan berpuluh-puluh liter air, memakai sabun mandi yang sangat mahal di dalam bathub yang mewah, sementara di sisi lain bumi, yang entah di mana, seorang kepala keluarga dipatok hanya boleh menggunakan 10 liter air satu hari, yang harus dia bagi-bagi untuk mendi, mencuci, dan menyiram kebunnya [Saya rasa mereka hanya bisa mandi seminggu sekali]
Sungguh mengherankan, detik ini, di bagian bumi entah dimana, seorang pejabat sedang berkoar-koar menyuarakan gagasan politiknya (yang belum tentu benar) untuk menduduki kursi kekuasaan, sementara di bagian lain bumi, entah di mana, seorang wanita muda, merelakan kursinya untuk diduduki wanita lain yang sudah tua renta di dalam angkutan umum yang penuh sesak.
Setiap manusia memiliki. Ya. Semua manusia memiliki. Entahkah itu kecil atau besar, entahkah itu banyak atau sedikit, entahkah itu materi atau non materi, entahkah itu kasat mata atau hanya bisa dirasakan. Setiap manusia memiliki.
Masalahnya, banyak kali manusia hanya melihat apa yang memang bisa dilihat. Ya. Itu tidak bisa disalahkan juga. Kadang kala, manusia hanya menggunakan matanya, dan parahnya, mata itu melihat dengan tidak benar, maksud saya, dia melihat di saat tak tepat, atau bahkan dia lupa detail dari apa yang dia lihat. Begitulah.
Setiap manusia memiliki. Saya setuju. Camkan itu.
Jangan sampai nanti yang "merasa" miskin berkata, "Nah, tuh dia si Kaya. Apaan tuh? Kaya tapi pelitnya minta ampun." atau...
Jangan sampai nanti yang "merasa" kaya berkata, "Ya ampun, si Miskin ini. Kerjanya minta mulu ya. Gak tau malu."
Jadi, sebenarnya apa adanya dirimu itulah yang dibutuhkan, apa adanya dirimu, maksimalnya dirimu, itulah yang dinanti-nanti. Saya mengutip perkataan entah siapa, "Jadilah dirimu. Mungkin kau hanya merasa sebagai lilin kecil yang pudar nyalanya, namun, percaya atau tidak, saat ini dunia tidak peduli, apakah kau pudar atau tidak, dirimu tetap dibutuhkan".
Dan, hari ini, sebenarnya bukan hari ini, tepatnya kemarin, saat saya sedang duduk disebuah ruangan, berdampingan dengan seorang wanita cantik yang seminggu sebelumnya membuat saya cukup terpana, saya merasa bersyukur menjadi seorang wanita single (istilah gaulnya: jomblo). Entah kenapa, perasaan itu begitu hangat merayapi diri saya. Saya masih sendiri, perasaan saya tidak tergantung pada kekasih, atau gebetan, atau orang yang sedang saya incar. Tidak. Saya benar-benar sedang meletakkan perasaan saya di sebuah tempat yang aman. Di mana tidak seorang pun, hingga saat ini bisa menemukan dan menyentuhnya.
Perasaan yang aneh. Itu membuat saya sangat gembira pagi ini. Sampai-sampai saya merasa tidak perlu meng-update akun twitter saya selama 20 jam :)) Itu lucu.