Pages

Saturday, 21 April 2012

Garam

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
(Matius 5:13)



Bagi seorang Kristen tentu sudah biasa mendengar istilah 'garam' dan 'terang dunia'. Bahkan mungkin sudah muak, dan merasa kata-kata itu hanya sekedar sesuatu yang klise saja. Itu saya. Saya sudah terlalu bosan dengan ungkapan-ungkapan surgawi yang mustahil dijalankan di dunia yang bejat ini.

Saya ingin membahas tentang garam.

Garam.

Orang Kristen itu idealnya seperti garam. Menunjukkan identitasnya sebagai kristal putih bersih. Entahkah dia di taruh di atas api. Entahkah dia dimasukkan ke dalam plastik murahan. Entahkah dia di dalam toples yang sudah bulukan... Dia tetap menunjukkan identitasnya sebagai sesuatu yang bersih.

Dan bagaimana jika dia dimasukkan ke dalam masakan? Sayur asem barang kali? Ikan barang kali? Tentu masakan akan menjadi asin karenanya.

Garam itu tercampur dengan masakan yang dia masuki. Kali ini dia tidak terlihat lagi, tetapi berbaur dengan makanan itu. Namun identitasnya tetap nyata: ASIN.

Saya pernah mendengar, di dunia ini tidak ada masakan yang dibuat tanpa garam. Kalau pun ada, masakan itu sama sekali tidak sempurna rasanya.

Bahkan, untuk membuat suatu bubur manis, yang notabene melulu gula, garam tetap dibutuhkan di sana. Katanya kalau tanpa garam, manisnya terasa hambar.

Yah. Garam.


0 comments:

Post a Comment