Pages

Wednesday, 29 February 2012

indifferent, pedestrian, so-so, run-of-the-mill

Saya terkesima saat seorang sahabat saya mengomentari pertanyaan bagaimanakah sebaiknya sikap seorang ketua dan bagaimanakah sikap anggota-anggota lain terhadap ketua tersebut.

Pertanyaan itu muncul saat kami sedang bermusyawarah untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua KKN (Kuliah Kerja Nyata) kami pada bulan Juli-Agustus tahun lalu.

Ingatan itu kembali muncul saat saya menonton salah satu TV swasta yang membahas sikap hedonis para wakil rakyat pagi ini.

Amarah saya terbakar saat moderator mengatakan bahwa salah satu narasumber yang hadir (dia merupakan salah satu petinggi partai dan wakil rakyat juga) mengenakan sepatu seharga Rp2.000.000,00, lalu kemudian seorang penelepon yang mungkin sama marahnya dengan saya memaki mereka dan berkata mereka tidak punya hati nurani.

Saya kesal sekali, saat penelepon itu menyebutkan "Rakyat memakai baju seharga Rp20.000,00 dua potong, sementara mereka menghabiskan Rp2.000.000,00 untuk sepatu mereka? bla bla bla"

Saya buru-buru menarik perkataan itu dan mengukurkannya pada diri saya. Rp2.000.000,00 adalah perjuangan berkepanjangan selama 1 bulan buat saya, dan saya bahkan belum tentu bisa menikmati apa yang saya kerjakan itu.

Oke, saya benar-benar kesal. Saya ingin melempar gelas teh saya ke kepala orang yang sedang duduk nyaman diwawancarai sambil mengenakan sepatu "wah" itu.

Namun, sekali lagi saya terhenyak_ Saat orang yang ingin saya lempar kepalanya itu menjawab semua cercaan itu sama persis dengan cara menjawab sahabat saya 9 bulan lalu.

Biasa saja. Kita bersikap biasa saja. Biasa saja. Bersikap wajar saja...

Itulah jawaban narasumber itu, dan begitu pulalah komentar sahabat saya dahulu.

Dan penjelasan narasumber itu sungguh membuat bimbang apakah saya ingin melempar kepalanya atau mengamini perkataannya.

Dia berkata begini," Semuanya itu jangan digeneralisasi. Kita bersikap biasa sajalah. Jangan kita samakan semua orang. Jangan kita berpura-pura. Orang miskin berpura-pura kaya, itulah koruptor. Atau orang kaya berpura-pura miskin, itulah para penggelap pajak. Kita bersikap biasa saja. Dengan apa yang kita miliki, selagi kita bisa mempertanggungjawabkan dari mana kita memperoleh semua itu, dan selagi kita bisa memberi kinerja yang baik, saya rasa tidak perlu dibesar-besarkan semua itu."

Bersikap biasa saja....

Kebiasaan saya adalah menggunakan google translator, dan saya langsung mengetikkan kata "biasa saja" di situ. Dan saya memperoleh keempat kata berikut sebagai padanan kata "biasa saja": indifferent, pedestrian, so-so, run-of-the-mill.

Dan kebiasaan saya yang lain adalah meng-cross-check kesesuaian arti kata tersebut. Dan saya benar-benar terkejut ketika kata "indifferent" diterjemahkan sebagai acuh tak acuh, biasa saja, masa bodoh, tak bermutu, yg tdk peduli, tdk tertarik, ancak-ancak. Lalu kata "pedestrian" sebagai adjektiva diterjemahkan sebagai biasa saja, menjemukan, kurang menarik. Lalu so-so berarti begitu, lumayan, biasa saja. Dan run-of-the-mill tidak muncul terjemahannnya_ saya asumsikan hasilnya akan sama saja.

Lalu saya mulai bertanya-tanya, seperti apakah sikap "biasa saja" atau "wajar saja" itu?
Apakah itu berarti "biasa saja" dimaksudkan sebagai bersikap acuh tak acuh, masa bodoh dengan cara yang menjemukan??

Di satu sisi saya memuja kata "bersikap biasa saja", namun di sisi lain saya mulai berpikir bahwa "bersikap biasa saja" itu tidak ubahnya dengan "masa bodoh" atau "menjemukan".

Maafkan kebodohanku ini...



Monday, 27 February 2012

When words means nothing

Pagi ini, hari Senin yang nggak biasa buat gw. Seorang teman tiba-tiba menelepon dan tanya-tanya soal skripsi. Gw bawaannya langsung cengeng aja... Teringet kebaikan seorang temen gw yang gak perlu gw sebut namanya. Dia ngebantu gw dalam hal data-data buat skripsi gw. Gw nggak tau kalo masih ada orang yang mau menolong tanpa diminta dan itu bener-bener ngebuat gw terharu. Gw bukan tipe orang yang mau meminta pada orang yang gw rasa gw gak punya alasan untuk meminta. Terlepas apakah dia teman, teman akrab, apakah dia saudara_ gw selalu menempatkan posisi sebagai orang yang "oke, gw harap gw nggak merepotkan elu". Dan begitulah, gw gak tau kalo kejadiannya bakal seperti itu. Temen gw ini membantu gw, dan gw sangat sangat sangat berterima kasih untuk itu. Friend in need is friend indeed. Gw rasa dia dalam waktu sangat singkat telah mengambil posisi sebagai seorang "friend indeed" Rasanya gw pengen bilang terima kasih banyak, trus gw pengen mention dia di twitter. Tapi rasanya nggak relevan. Gw rasa kata-kata terima kasih gw_ gw yakin dia tau gw sangat berterima kasih untuk segala bantuannya.

Friday, 24 February 2012

Terong, Sawi, Wortel, dan Brokoli

Tiba-tiba Terong teringat akan firman yang dia dengar di tempat ibadahnya. Sang pendeta berkata: Penjahat, pemerkosa, pencuri, koruptor, mereka akan terlebih dahulu berjalan ke hadirat Allah, masuk ke dalam kerajaan surga. Lalu orang-orang yang sekarang ada di sini - di gereja ini (termasuk si Terong tentunya) berjalan terseok-seok, dan berkata: "Tuhan, Tuhan, bukankah kami mendengar Engkau mengajar di jalan-jalan kota kami? Bukankah kami telah mengusir setan-setan demi nama-MU?" dan Tuhan berkata dengan kesal: "Aku tidak kenal kamu, enyahlah kamu sekalian pembuat kejahatan". Si Terong merasa kesal pada dirinya sendiri, tepatnya pada orang-orang juga. Hari ini dia membuka akun twitternya dan si Terong melihat tweet-tweet berseliweran. Dia kesal. Kesal pada dirinya sendiri yang menurutnya tidak sebaik orang-orang lain itu. Dia marah. Marah pada orang-orang yang menurutnya sombong dan tidak semenarik dirinya. Si Terong ini... Entah mengapa sering kali merasa kesal, di saat bersamaan, pada dirinya dan pada sayuran lain. Si Terong mulai takut dia menderita DID (bagi yang tidak tau apa itu DID, silakan gugling). Terong. Hidupnya sebenarnya tidak terlalu menyedihkan. Dia cuma jarang bersyukur atas apa yang dia miliki. Sampai umurnya yang hampir berkepala 3, dia masih berlari-lari mencari jati dirinya. Dia bersembunyi, berpura-pura baik-baik saja. Sebenarnya si Terong ingin sekali membagi kesedihannya. Tapi Terong merasa Wortel dan Sawi hanya layak diberi yang baik-baik saja. Terong berprinsip: Kalaupun ada yang harus dibagi, itu bukanlah kesedihan, tetapi kebahagiaan. Maka begitulah. Tiap kali dia bertemu Wortel, dia diam-diam memuji dirinya yang berwarna ungu terang, dan mulai meremehkan warna Wortel yang oranye pucat. Tentu saja si Wortel tidak menyadari pemikiran si Terong. Terong, dalam diamnya, menempatkan diri untuk selalu mendengar kisah-kisah sayuran lain, namun dalam hati Terong merasa 2 sisi menekannya: kesal karena selalu menjadi pendengar dan marah karena ingin didengarkan juga(dia bergumul sendirian dalam hatinya). Sawi akhir-akhir ini terlihat cemerlang. Sepertinya dia cukup pupuk dan air. Ahhh... Si Terong mulai ngambek lagi... Dia ingin seperti Sawi! Terong ini kesal atau apa, Terong juga tidak sepenuhnya memahami dirinya... Terong berpuas diri karena dia masih ingat firman-firman yang pernah dia dengarkan dari penjaga kebun. Terong menunggu kalau-kalau Wortel dan Sawi mau mengajaknya bermain. Terong lagi naksir Brokoli, dia ingin curhat, tapi Terong tidak berani. Ah Terong... Kasihan ya kamu?? :p

Thursday, 23 February 2012

Bagai Pungguk Merindukan Bulan

Pasti ada orang yang bilang "bagai pungguk merindukan bulan" tapi gak tau pungguk itu apa... Hayo ngaku! Gw juga sebenernya sampe detik sebelum posting ini ga tau apa seperti apakah wujud pungguk itu. Yang ada di benak gw, si pungguk itu kalo gak burung ya serigala... Soalnya serigala kan identik sama bulan purnama wahahahha. Iseng-iseng gw gugling (kebinasaan yang berharga) dan ternyata?? Eng ing eeenggg! Si pungguk itu ternyata seperti ini bentuknya:
Gak nyangka juga yang dimaksud dengan pungguk adalah burung hantu... Hahahha. Sementara ini, cukup dulu...

Sunday, 19 February 2012

Sayangnya dunia ini bukan Korean Drama! Men!

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz Gua cuma menggeram sama diri sendiri setelah pertemuan yang seharusnya menyenangkan bersama temen gw.... Arrrrrrrrrrrrrrrrrrrggggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Siarannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!!! Memalukaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!! Bego bego bego bego bego bego!!!! Si nerd goblok mulai bikin orang ilfil kan! Kan?????? Kan??????????????????????????????????????? Kalo di drama2 korea, si cewe imut rada bego yang menggemaskan, ceroboh tapi bikin jatuh hati, lah gua???????????????????????????????????? Si tolol si guoblok, si careless sejati, si jelek yang bikin morning sick everyday. Oh my God! (Sorry Tuhan, Engkau gw bawa-bawa dalam kebegoan ini) ZZzzz kenapa pula itu duit nyumput segala? Pas gw emang niat mau bayar itu makanan? Asli bikin muka yang uda ancur ini tambah luluh lantak dah. Sekian. Hope this post can be read by him. I am so sorry about... Everything :( what a shame!

Saturday, 18 February 2012

God knows to whom He gave

Tuhan tahu kepada siapa Dia memberi.

Pemberitaan mengenai Angelina Sondakh alias Angie akhir-akhir ini banyak menyita perhatian publik. Angie yang pada awal kemunculannya sudah sedemikian memesona sebagai finalis Putri Indonesia tahun berapa saya juga gak tau, tiba-tiba menyentak khalayak dengan dugaan tipikor (tindak pidana korupsi).

Kepribadiannya yang sangat menarik, seperti yang banyak orang bilang, muda, cantik, berprestasi, berpendidikan tinggi (mungkin lebih tepatnya muda, beda dan berbahaya kali ya?) memang patut diberi apresiasi. Tidak banyak orang seperti itu, kabarnya dia juga akan melanjutkan studinya untuk meraih gelar doktor jurusan komunikasi, wow! Bayangkan. Betapa bagi sebagian kalangan, mengambil gelar sarjana saja sudah ngos-ngosan, sementara dia dalam usianya yang sekian telah meraih begitu banyak pencapaian.

Begitulah. Kisah-kisahnya sungguh memukau. Bagaimana ia dengan begitu sedihnya menangisi pusara suaminya, bagaimana dia dikabarkan "menjalin" hubungan spesial dengan beberapa pria sesudahnya, bagaimana dia pada akhirnya terseret dalam pusaran dunia politik, yang baru saya sadari tidak ubahnya seperti dunia mafia narkoba semata.

Nah... Bagi pembaca sekalian (gak yakin juga ada nggak yang baca postingan ini), tentu ada sebagian kita yang telah menyaksikan bagaimana Angie memberikan kesaksian saat dia menjadi saksi dalam sidang kasus Wisma Atlet dengan Nazarudin sebagai tersangka. Sebagai pribadi yang naif, saya pribadi menilai bahwa kesaksian Angie itu jelas-jelas hanya kebohongan belaka. Entahlah. Saya hanya menilainya sedemikian. Jika pun ada kebenaran di dalamnya, itu hanya memilikin presentase yang minim.

Berbagai media mulai memberitakan kesaksian Angie pada hari itu. Bahkan ada yang sengaja memparodikannya dengan membuat kartun-kartun bersuara chipmunk yang saya pikir sangat lucu. Banyak juga yang mulai membuat garis waktu awal perjalanan Angie, sampai pada detik dia masuk dunia politik, dan sebagainya dan sebagainya.

Saya hampir sampai ke poin yang saya tuju:
"Tuhan tahu kepada siapa dia memberi"

Di salah satu media, ditampilkan foto-foto Angie pra-kasus dan pasca-kasus korupsi yang sedang membelitnya.
Di salah satu foto, saya lupa fotonya seperti apa, namun yang pasti ada foto beliau di sana, ada banyak sekali komentar di bawahnya. Dan saya sangat tertarik dengan salah satu komentar yang kira-kira berbunyi seperti berikut:
"Adjie (alm. suami Angie) itu orang baik. Tuhan sayang sama dia. Dia dipanggil cepat supaya tidak perlu repot-repot mengurus istrinya yang bejat itu"

Dalam hati, saya tersentak.
Saya tidak pernah memikirkan sejauh itu sebelumnya. Bahkan saya hanya terfokus pada pribadi Angie saja, pribadinya yang saat memberikan kesaksian dengan gaya yang sangat anggun itu. Saya sama sekali tidak memberi atensi pada masa lalunya yang penuh prestasi, apa lagi pada almarhum suaminya.

Saya merenungkan komentar pembaca itu. Benarkah? Benarkah itu maksud Tuhan memanggil almarhum Adjie? Saya tidak berani mengatakan ya atau tidak. Namun dalam hati saya berkata: "Tuhan tahu kepada siapa Dia memberi".

Tidak saat seorang Christopher Melky, seorang siswa yang terbunuh akibat pencurian Blackberry. Dia terbunuh dengan luka tusuk di leher, dan sahabat-sahabatnya banyak menulis di akun twitter untuk mengenang dia:
atau posting berikut:



Saat itu saya belum memahaminya.
Namun saat ini sungguh saya mengamini, "Tuhan tahu kepada siapa Dia memberi" itu lebih dari ungkapan "Ada hikmah dibalik setiap kejadian"

Begitukah?

Tuesday, 14 February 2012

It's Just Another Tuesday

Yak, ini tanggal 14 Februari, n guess what?? Betul! Ini hari selasa men!
Twitter sempet heboh juga dengan trending topicnya It's Tuesday (worldwide trending topic) instead of Happy Valentine's Day (ngetren di Indonesia)

Yoo apalah itu terserah saja.... Saya setuju dengan tweet seorang seleb twitter yang jadi trend #1 kemaren: People say it's Valentine's Day, but for me it's just another Tuesday :)

yang lain, terutama yang lagi galau langsung ngetwit aneh-aneh (termasuk saya) yang dengan pedenya ngetwit begini:

Ok! Let's make it straight,ok? Tomorrow isn't valentine day, tomorrow is Tuesday. And it's not the end of the world. Done.

ngoceh sendiri deh saya hohoho, mana followers rata2 bukan temen pula (yg lain masih stay di facebook sih ==") peduli amat dengan saya.
Dannn masih banyak yang lain lagi. Tapi gila aja kalo mau di copaz satu-satu.

Okeh, saya sama sekali gak pengen ngebahas 14 Februari... As they said, it's just another Tuesday, right?
Iya iya makk!! Ngomong sendiri kan jadinya? 

Hmm tadi saya temen saya yang nampaknya lagi bahagiaaa banget. Zzzzz....
Benarkah orang Indonesia suka pamer? Hm. Sepertinya iya. Saya apa lagi. Hobi banget pamer. Memang perbedaan antara share sama pamer itu tipis banget ya?
Bahagia dikit langsung deh update di mana-mana, ya twitter, ya facebook, ya bb, ya Ym ya lain-lain.
(eh ini saya ngomongin diri saya  juga loh)

Dan rasa iri saya langsung memuncak sampe ke ubun-ubun dan entah kenapa bawaannya jadi ilfil gitu.
Kenapa ya? Saya suka banget irian (Irian men? Irian? Papua kali??)
Si temen saya ini sok2 update status gitu deh (watch out!! Swearing is in progress)
Blah blah blah nye nye nye nye bla blah blah nye nye nye nye! Sebelll banget ngeliatnya.

Begitulah. Saya juga pusing sendiri, kenapa kok bisa sekesal itu sama dia ya? Sementara ke teman2 lain, ada juga yang lebih parah dari dia, tapi itu saya anggap biasa saja. Dia itu emang specialle la fonte kali ya?
Bawaan langsung darah tinggi kalo liat dia update status dikit aja :D (evil inside)

Orang-orang mengatakan saya sombong, betul.
Saya sadar saya orang yang sangat arogan. Ckckckc parah.
Tapi dengan keberadaan saya yang sekarang, sering kali saya menutupinya dengan sedikit "mengingat firman Tuhan" lha???

Itulah... sifat yang saya sendiri tidak suka. Selalu menganggap diri lebih baik, menganggap remeh orang lain, kesal dengan keberadaan orang lain. 

Anehnya teman yang saya sebelin ini orangnya humble humble gak jelas juga. Mungkin itu juga yang bikin saya muak hahahaha.

Then, saya iseng2 nyari kata sombong di kamus google.
Dan wow! Ternyata padanan untuk kata sombong itu banyak sekali... Saya sendiri paling cuma bisa mengenali 5 dari yang ada.

sombong:

adjective:
arrogant
proud
cocky
conceited
overbearing
pompous
smug
boastful
haughty
vain
snooty
cavalier
superior
assertive
uppity
assumptive
imperious
contemptuous
lofty
stuck-up
supercilious
snippy
skipjack
chesty
vainglorious
topping
sniffy
egoistic
stiff-necked
puffed-up
assuming
bigheaded
cocksy
stately
smart-alecky
solemn
swashing
jumped-up
swollen
donnish
swell-headed
hoity-toity
bumptious
snuffy
splendid
swanky
forward
self-important
swank
uppish
sublime
proud-stomached
portentous
sniffish
egoistical
sovereign
swelled
proud-spirited
highbrow
high-blown


phrase:
high and mighty
wrapped in cellophane

whoopss... It's just another Tuesday...

Thursday, 9 February 2012

Tiba-tiba nangis

Nggak tau kenapa, setelah bermention-mention ria dengan salah satu murid les aku, aku tiba2 nangis.
Teringat seorang guru yang saat upacara bendera membacakan sebuah puisi yang berjudul "Menyesal".

Berikut adalah puisi yang beliau bacakan:


Menyesal
Karya: Ali Hajsmi

Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju arah padang bakti


Begitulah, entah kenapa tiba2 air mata mengalir deras saat mengingat masa-masa itu.
Mungkin karena tekanan beberapa hari belakangan ini. Merasa begitu bodoh, dan memang kenyataannya sangat bodoh. Rasanya sampai sejauh ini ilmu yang bisa aku serap hanya semata-mata 2+2, membaca, dan menulis saja.

Kalo diinget2, masa yang paling menyenangkan, masa-masa SD itulah. Saat dimana semua guru mengayomi, sangat menyayangi, teman-teman yang baik...

Bahkan aku sendiri lupa, apa dulu aku punya jadwal pelajaran?
Aku juga nggak ingat, apa dulu apa aku punya PR? Apa aku pernah mengulang pelajaran di rumah?
Yang teringat semata hanya bermain dan bermain saja.

Aku sendiri udah memasuki semester akhir kuliahku. Tapi rasanya bener-bener parah. Nggak ada satu pun ilmu yang bisa aku pahami. Nge-blank semuanya :( rasanya ini semester terburuk yang pernah aku lewati.

Guruku, seandainya kalian ada di sini, aku pasti langsung sujud di hadapan kalian, menangis, aku menyesal, seperti yang juga dirasakan penulis puisi itu, tua dan tidak memiliki apa-apa, menyia-nyiakan waktu...

Above all, aku sangat berterima kasih, dasar-dasar ilmu telah mereka berikan sungguh sangat berarti_ itulah yang membuat aku sampai sejauh ini masih bisa lolos sampai semester 7 nyaris 8 ini.

If there's a postman, no, maybe wind can deliver my longing to them all....
Mr. Supriyono (Math teacher)
Mr. Prihandono (Science teacher)
Mr. Agus Sumarsono (Bahasa Indonesia teacher, he was the one who read the poem)
Mr. Margiyono (Art and Craft teacher)
and the whole teachers in my primary school...
I do miss you, your kindness, you patience, your all :'(

Sungguh, aku ingin menjadi manusia yang berguna.
All i can do is try everyday of my life, to be a better man, a good learner, as you want :)