Pages

Saturday, 18 February 2012

God knows to whom He gave

Tuhan tahu kepada siapa Dia memberi.

Pemberitaan mengenai Angelina Sondakh alias Angie akhir-akhir ini banyak menyita perhatian publik. Angie yang pada awal kemunculannya sudah sedemikian memesona sebagai finalis Putri Indonesia tahun berapa saya juga gak tau, tiba-tiba menyentak khalayak dengan dugaan tipikor (tindak pidana korupsi).

Kepribadiannya yang sangat menarik, seperti yang banyak orang bilang, muda, cantik, berprestasi, berpendidikan tinggi (mungkin lebih tepatnya muda, beda dan berbahaya kali ya?) memang patut diberi apresiasi. Tidak banyak orang seperti itu, kabarnya dia juga akan melanjutkan studinya untuk meraih gelar doktor jurusan komunikasi, wow! Bayangkan. Betapa bagi sebagian kalangan, mengambil gelar sarjana saja sudah ngos-ngosan, sementara dia dalam usianya yang sekian telah meraih begitu banyak pencapaian.

Begitulah. Kisah-kisahnya sungguh memukau. Bagaimana ia dengan begitu sedihnya menangisi pusara suaminya, bagaimana dia dikabarkan "menjalin" hubungan spesial dengan beberapa pria sesudahnya, bagaimana dia pada akhirnya terseret dalam pusaran dunia politik, yang baru saya sadari tidak ubahnya seperti dunia mafia narkoba semata.

Nah... Bagi pembaca sekalian (gak yakin juga ada nggak yang baca postingan ini), tentu ada sebagian kita yang telah menyaksikan bagaimana Angie memberikan kesaksian saat dia menjadi saksi dalam sidang kasus Wisma Atlet dengan Nazarudin sebagai tersangka. Sebagai pribadi yang naif, saya pribadi menilai bahwa kesaksian Angie itu jelas-jelas hanya kebohongan belaka. Entahlah. Saya hanya menilainya sedemikian. Jika pun ada kebenaran di dalamnya, itu hanya memilikin presentase yang minim.

Berbagai media mulai memberitakan kesaksian Angie pada hari itu. Bahkan ada yang sengaja memparodikannya dengan membuat kartun-kartun bersuara chipmunk yang saya pikir sangat lucu. Banyak juga yang mulai membuat garis waktu awal perjalanan Angie, sampai pada detik dia masuk dunia politik, dan sebagainya dan sebagainya.

Saya hampir sampai ke poin yang saya tuju:
"Tuhan tahu kepada siapa dia memberi"

Di salah satu media, ditampilkan foto-foto Angie pra-kasus dan pasca-kasus korupsi yang sedang membelitnya.
Di salah satu foto, saya lupa fotonya seperti apa, namun yang pasti ada foto beliau di sana, ada banyak sekali komentar di bawahnya. Dan saya sangat tertarik dengan salah satu komentar yang kira-kira berbunyi seperti berikut:
"Adjie (alm. suami Angie) itu orang baik. Tuhan sayang sama dia. Dia dipanggil cepat supaya tidak perlu repot-repot mengurus istrinya yang bejat itu"

Dalam hati, saya tersentak.
Saya tidak pernah memikirkan sejauh itu sebelumnya. Bahkan saya hanya terfokus pada pribadi Angie saja, pribadinya yang saat memberikan kesaksian dengan gaya yang sangat anggun itu. Saya sama sekali tidak memberi atensi pada masa lalunya yang penuh prestasi, apa lagi pada almarhum suaminya.

Saya merenungkan komentar pembaca itu. Benarkah? Benarkah itu maksud Tuhan memanggil almarhum Adjie? Saya tidak berani mengatakan ya atau tidak. Namun dalam hati saya berkata: "Tuhan tahu kepada siapa Dia memberi".

Tidak saat seorang Christopher Melky, seorang siswa yang terbunuh akibat pencurian Blackberry. Dia terbunuh dengan luka tusuk di leher, dan sahabat-sahabatnya banyak menulis di akun twitter untuk mengenang dia:
atau posting berikut:



Saat itu saya belum memahaminya.
Namun saat ini sungguh saya mengamini, "Tuhan tahu kepada siapa Dia memberi" itu lebih dari ungkapan "Ada hikmah dibalik setiap kejadian"

Begitukah?

0 comments:

Post a Comment